Malam minggu itu padahal saya udah berencana ga ngeluyur kemana-mana, tapi gara-gara di rumah ga ada kerjaan, saya mau pergi aja ke Kalteng Expo, lumayan sekalian cuci mata. Pas mau berangkat, eh malah ditanya-tanyain mau kemana sama mamah, yang pasti nyangka saya mau ngapelin pacar saya, padahal ga punya, akhirnya ikut-ikutan juga ke Kalteng Expo.
Yah, saya pikir lumayan lah, daripada saya bawa motor sendiri bergumul dengan asap kendaraan dan sumpah serapah orang di jalan, mending naik mobil sambil ngadem. Setelah kami bermacet-macet ria di perjalanan, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan.
Macam-macam saja siasat pengelola stand-stand dari berbagai kabupaten untuk menarik pengunjung pameran untuk mengunjungi stand mereka, ada yang hanya manggut-manggut di kursi, ada juga yang ngobrol sama temannya, bahkan ada juga yang bubaran. (yaelah, itu mah bukan siasat yeh). Siasat yang sesungguhnya antara lain dengan cara mengadakan karaoke, bahkan ada pula yang mengadakan atraksi DJ, padahal rasanya barang yang dipamerkan ga penting-penting amat saya rasa, bahkan stand yang satu dan yang lain overall memamerkan barang-barang yang relatif sama. Ada nih satu stand yang parah banget saya rasa, kayak pasar ikan aja tapi lebih parah, yaitu stand tiiiiiiiit (tak sebut nama takut memicu konflik SARA), yang isinya mayoritas produk ikan, ikan laut lagi,weeeeee~
Aromanya ga nahan banget, sampai-sampai sejak masuk stand itu saya nahan nafas terus sampai keluar dari stand penyiksaan itu, heran saya kenapa ada aja yang betah nongkrong di situ. Sayapun bingung dengan kabupaten yang menampilkan DJ di depan stand nya, orang kan malah nonton DJ nya, bukannya ngisi buku tamu, ya kan?
Setelah itu saya dan ibu saya ingin melihat-lihat ke dalam gedung Tambun Bungai, tapi ibu saya tiba-tiba berbalik dan berkata dengan simpel, singkat, dan menjengkelkan “Panas, kada jadi ja…”.
Setelah itu kami nonton penampilan artis dari luar angkasa eh negara eh bukan kota maksud saya. Satu dua lagu berjalan dengan lancar aman tertib terkendali lajur kanan bebas hambatan, namun pada saat mereka melantunkan sebuah tembang dari Geisha, “kaulah yang-jtek-wuuuuuuuu” tiba-tiba listriknya drop dan cacatlah lagu Geisha itu. Tapi saya menyimpulkan bahwa masyarakat Palangka Raya lebih senang mati lampu daripada artis yang tampil itu, karena mereka bersorak ketika listrik nya drop, pas band nya perform ga ada yang tepuk tangan tuh. Setelah itu, kami berkeliling lagi sekali dan pulang.
Oiya ada satu cerita yang saya ingat diKalteng Expo, pada hari Jumat yang lalu, saya dan teman-teman saya sedang nunggu giliran perform. Saya dan teman saya duduk di atas motor orang tak dikenal. Tiba-tiba dengan tak terduga teman saya yang dibelakang melompat dari motor sampai saya mau jatuh. Sialan anak satu ni kupikir, eh ternyata si empunya motor datang dengan muka sok kenal. “Maaf tante, hehe” kataku kepada si pemilik motor, si tante malah ngejawab ga nyambung sambil ngeluarin motornya “Gapapa ja, eh de, liat tu nah cewe LA” sambil menunjuk cewe spg LA yang ada dalam wc yang sedang bercermin ria dengan temannya sesama spg. “beh, kada tante ai” “kenapa kada?” “belum cukup ilmu te ae” sahutku. Si tante pun ketawa saja dan langsung kabur. “sialan tante nang itu, meajari,haha” kataku.